Puisi-puisi Sultan Musa

SULTAN MUSA, berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Merupakan 10 Penulis Terbaik versi Negeri Kertas Awards Indonesia 2020. Karya tunggal terbarunya berjudul “Titik Koma” (2021). IG : @sultanamusa97 /@sultanatakata

 

 

SAJAK KEHILANGAN DAN DITINGGAL

Telah kutulis sebuah sajak
sebagai peluru menerka resah
serta jalan kebaikan menembus gundah

Dari kata yang kosong tak bermakna
berlatar putih dan kepiluan yang ada
merasakan cahaya angkas tua

Kucoba berbicara dalam bahasa yang sama
namun tak lagi berarti
sama seperti suara
yang tak lagi kesampaian

Aku tetap menghadirkan pikiran raga
menghidupkan kembali dengan senantiasa
lantunan bunyi sederhana

bahwa selalu ada cerita,
perihal tentang kehilangan

bahwa selalu utuh hadir,
perihal tentang ditinggal

#2021

 

 

NONA DAN SEIKAT BUNGA MERAH

Jendela cerah berbicara baik
mengantarkan simpul hari seribu tujuan
dan hari ini Nona masih ingat cara untuk tersenyum
bersama pemandangan merinai apik

Meja sederhana berteman retak
tersaji secangkir teh bersama pujian manis
dan Nona masih rela menyesap aromanya
meski takkan kembali berkabar utuh

Seikat bunga merah,
ditempatkan Nona di antara peraduan ruang
tersimpan baik, meski telah layu sebagian
memantaskan diri, walau merahnya perlahan pudar

Sesekali Nona menatap seikat bunga merah ini
dari pantulan cermin berbingkai kayu, mengatakan :
” Ada penantian pasti berakhir di titian temu”
meski malamnya buka ruang rindu,
terus menikmati sendiri di sisi sepi

…..sembari menunggu kabar dari hati
yang tak kunjung bertamu

……selalu menembangkan aksara dari puisi
yang tak terangkai menyatu

Syahdu Nona berlayar dalam asa,
yang ditimpakan pada seikat bunga merah
alunan saka hati yang tak berujung
bahkan bergelut “belum selesai” dari masa lalunya.

#2021

 

 

SEDAYA DATANG DAN PERGI

Sebuah sinar memancar
dari sebuah cerita pada apa yang datang
sinar ini hadir bukan tanpa alasan
karena bersamanya ada lantunan harapan

Sebuah cahaya memantul
sejak kesunyian pada apa yang pergi
cahaya ini ada bukan tanpa jawaban
mungkin dengannya jiwa bebas yang tak terlupakan

Sedaya memaknai lebih dalam….
upaya “berkawan” pada yang datang
dan “menerima” pada yang pergi

mana yang menemanimu pulang
…..datang atau pergi?

mana yang merajut niscayamu
….pergi atau datang?

#2021

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Related posts

Leave a Comment

eleven − 2 =